Archive for Juli 2019


Maaf Karena Ibu Adalah Segalanya


Aku seorang pekerja keras, seorang lelaki yang hanya hidup bersama ibuku. Ayahku telah lama meninggal akibat sakit yang diderita. Mungkin ini sudah takdirnya, Aku yang masih umur 20 tahun harus kehilangan ayah sementara ibuku kini sakit-sakitan. Tidak ada hal lain lagi yang membuat Aku terpuruk selain Aku harus kehilangan ayah waktu itu. Tapi semangatku kini kembali setelah Aku melihat ibuku. Ibu yang kini jadi tanggung jawabku.

Ibuku kini sakit-sakitan, bahkan harus setiap hari ibuku mengonsumsi obat-obatan. Jika sehari saja tidak mengonsumsi obat, ibu akan merasakan sakit pada seluruh tubuhnya. Kadang Aku merasa kasihan pada ibu, tapi beginilah takdirnya.
Namun ternyata tidak hanya ini saja yang membuat Aku semakin sedih. Pasalnya Semenjak meninggalnya ayah, kakakku satu-satunya pergi meninggalkan Kami. Bukan meninggal, tapi ia entah kemana tak kunjung pulang bahkan tak mengenal ibuku lagi. Ia pergi bekerja 9 tahun lalu, dan kini entah dimana ia tak ingat pada ibu.

Ya, Kakakku Fandi kini jauh dari Aku dan ibu. Semenjak bekerja di NTB, kak fandi jarang pulang menjenguk ibuku apalagi Aku. Mungkin bukan karena alasan sepele kakakku memutuskan untuk meninggalkan Kami. Tapi lantaran sakit hati yang pernah kakakku rasakan semenjak ibuku melarangnya untuk menjalin hubungan dengan wanita beda agama. Mungkin rasa sakit tersebut yang membuat kakakku enggan untuk kembali atau sekedar kasih kabar pada Kami.
Dari inilah, mau tidak mau, urusan keluarga kini ada di bahuku. Aku belum pernah menikah dan belum ada keinginan untuk menikah karena Aku harus bekerja untuk memenuhi semua kebutuhan keluargaku. Ide yang sangat buruk memang ketika Aku harus bekerja di luar kota demi uang dan meninggalkan ibu. Tapi itu Aku lakukan untuk memenuhi semua kebutuhan keluargaku.

Sudah sekian tahun lamanya, Aku bekerja mencari uang untuk kebutuhan. di usiaku yang semakin bertambah, dan begitu juga dengan usia ibuku yang semakin renta. Aku tak tega untuk meninggalkannya, akhirnya Aku harus bekerja di dalam kota demi untuk menjaga ibuku. Namun itu tak masalah bagiku, karena ibuku adalah keluarga satu-satunya yang Aku miliki saat ini.

Di usianya yang semakin renta, rasa ingin memiliki cucu sudah lama terbesit di fikirannya. Namun karena Aku yang merasa belum siap untuk menikah, akupun belum bisa mewujudkan keinginan tersebut.
“Rega, apa kamu ngga pengin menikah? Ibu ini sudah tua nak, ibu pengin punya cucu” begitulah kata ibuku waktu itu padaku. Kata-kata ibuku inilah yang membuat Aku menjadi berfikir untuk mencari sosok yang tepat yang tidak hanya bisa menjadi istriku, namun juga menjadi anak yang berbakti untuk orang tuaku. Karena kelak, ia yang akan mengasuh ibuku.
sebab permintaan ibuku, Aku kini mulai menjalin hubungan percintaan dengan beberapa gadis di daerahku. Namun itu gagal karena ibuku tak menyetujuinya Aku menjalin hubungan dengan wanita tersebut.

Sudah beberapa wanita Aku pacari, mulai dari yang putih, orang sekantor, teman SMA. Namun setelah Aku bawa ia ke ibuku, tidak ada respon iya yang diberikan ibu. Ahhh bagaimana ini?
Aku mulai menyerah, sudahlah Aku jomblo saja. Biarkan takdir yang menemukan Aku dengan jodohku. Fikirku kala itu. Kecewa memang karena Aku sudah berusaha cari yang terbaik, namun belum sesuai dengan yang diminta oleh ibuku.

Tapi entah mengapa, semenjak Aku memutuskan untuk menjomblo tiba-tiba waktu itu Aku salah sambung dengan wanita yang membuat Aku nyaman dengannya. Memang usia wanita tersebut setahun lebih tua dari Aku. Tapi karena kedewasaan yang dimilikinya membuat Aku nyaman dengannya.

Kenyamanan yang Aku rasakan dengannya menumbuhkan cinta diantara Kami. Jarak bagi Kami bukanlah halangan, perbedaan kota diantara Kami tidak mengecilkan niatku untuk memacarinya. Hingga suatu hari “sayang Aku ke rumah kamu ya” pintaku padanya. Ia adalah perempuan sunda asli yang berhati lembut. Namanya Refi, bagiku Dia selain sosok yang dewasa juga sosok yang penyayang.

Permintaanku ternyata dikabulkan, di hari yang pas dan dihari liburku Aku menyempatkan waktu untuk mendatanginya. Ini adalah kali pertamaku bertatapan langsung dengannya. Tidak ada yang beda dari yang Aku lihat pertama di foto BBM. Dia sama-sama manis, seperti yang Aku suka darinya. Meskipun Dia adalah seorang janda beranak 2 yang kini hidup sendiri tapi Aku tetap menyayanginya.

“Sayang Aku udah di terminal nih” hari itu Aku datang ke tempatnya. “ya sayang Aku kesitu ya nanti Aku jemput, dan kamu nanti nginep di hotel ya” “ya sayang” balasku. Ternyata tak lama setelah itu datang sosok yang Aku kenal, Dia wanita cantik yang Aku ceritakan pada Tuhan selama ini. Dia datang memakai jaket dan hijab yang tidak pernah lepas darinya. Hijabnya inilah yang menambah kecantikan pada dirinya, bahkan ia tidak seperti seorang ibu.
Di terminal, Dia sama sekali tak mengenaliku. Namun karena Aku melihatnya dahulu, Aku pun menyapanya. “De.. mas disini” tampak kaget ia melihatku. Memang Aku sengaja tak memberitahu apa pakaian yang Aku pakai saat itu. Terkejut ia melihatku dan langsung menyapaku. Perjalanan yang sangat jauh Aku tempuh dari rumah ke sini terbayarkan sudah saat Aku melihat kecantikan yang terpancar dari wajahnya. Oh tuhann.. sungguh bahagia Aku memilikinya.

Pertemuanku kali ini adalah awal kebahagiaan yang Aku rasakan. Kebahagiaanku serasa begitu lengkap, karena Aku bisa bertemu dengannya di waktu yang tepat. Aku bisa langsung menatap wajahnya yang ayu, dan juga bisa merasakan genggaman tangan halus yang ia miliki. Seperti mimpi memang, Aku bisa bertemu dengan orang yang Aku kenal melalui media sosial. Tapi mungkin ini jalannya.

“Yang.. Aku mau keliling kota ini, kamu mau ajak Aku ngga” “tentu saja Aku mau sayang” ajakku padanya yang ternyata diberikan jawaban iya. Betapa bahagianya Aku. Hari itu Aku berkunjung ke berbagai daerah dan tentu saja Kami menghabiskan hari itu dengan tawa bahagia.
“sayang makasih ya, kamu udah mau berkunjung kesini” suaranya membuka keheningan waktu itu. “ya sayang sama-sama, Aku senang juga bisa berkunjung kesin. Makasih waktunya ya, Kamu udah menyambutku dengan bahagia” ucapku sembari menatap wajahnya. Tapi entah kebahagiaanku harus berakhir karena Aku harus pulang dan bekerja.
Aku tak menghabiskan waktu lama di Tasik. Hanya satu hari Aku berkunjung ke rumahnya  dan menghabiskan waktu dengannya.

Hari itu juga Aku berpamitan dengannya untuk kembali ke kotaku. Lelah memang, tapi bagaimana lagi tuntutan pekerjaan yang mengharuskan Aku untuk kembali ke rumah saat itu juga. Tapi Aku bahagia, dengan waktu yang sebentar Aku bisa bertemu dengannya dan menatap wajahnya lebih dalam.

Sepanjang perjalanan pulang, tak ada apapun yang Aku rasakan selain rasa bahagia. Belum pernah Aku merasakan kebahagiaan seperti ini. Sesampainya dirumah “ kamu darimana nak?” “main ke temen bu, kemarin Aku nginep disana karena perjalanan jauh” “oh begitu nak” “iya bu”. Awalnya Aku ingin menceritakan ini semua pada ibuku, tapi entah mengapa Aku rasa ini belum saat yang tepat untuk menceritakan semuanya pada ibu.

“ya sudah bu Aku masuk ke kamar dulu ya bu mau istirahat” “iya nak” tidak ada hal lagi yang Aku bicarakan malam itu. Aku masuk kamar dan Aku istirahat. Malam itu Aku tak dapat tidur, bahkan untuk memejamkan mata untuk sebentar saja Aku tak sanggup. Wajahnya yang ayu kembali tersirat di fikiranku, menjadikanku semakin tak dapat tidur. Sambil memandang fotonya, Aku membayangkan wajahnya. Dan tak terasa Aku sudah terbangun, ternyata Aku ketiduran saat Aku melihat fotonya.

Maaf Karena Ibu Adalah Segalanya Part 1

Posted by : chiby loupatty 0 Comments

- Copyright © Catatan Perjalanan Hidup - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -